KEBODANU


              Anak itu namanya Kebodanu. Anak Ki Patih Lembubang. Anaknya pintar namun,agak pemalas. Sehari-hari ia bermain dan belajar di halaman Kepatihan. Sering kali ia merasa bosan karena waktu rasanya berjalan amat lambat. Apalagi kalau sedang mendapat pelajaran dari gurunya rasanya waktu belajar amat panjang.
                Temannya banyak karena ia anak Pejabat Istana diantaranya ada seorang gadis Kenini namanya. Menurut Kebodanu,gadis itu paling cantik. Dan dalam umurnya yang masih kanak-kanak itu Kebodanu punya cita-cita akan menjadikan Kenini istrinya jika sudah dewasa kelak. Tapi masa kanak-kanak itu dirasanya amat lama,sehingga ia bosan. Ia ingin lekas dewasa.
                Pada suatu hari,Kebodanu pergi bermain-main ke luar Kepatihan,masuk kedalam hutan. Lewat tengah hari,ia pun lelah dan beristirahat di bawah pohon yang rindang. Lalu ia tertidur. Belum lama ia tidur,ia merasa ada yang membangunkannya. Ketika ia terbangun,dilihatnya seorang nenek-nenek yang membangunkannya.
                “Kebodanu,kalau kau ingin cepat dewasa,simpanlah bola ini”ujar nenek itu sambil memberikan sebuah bola.Ada sebuah lubang kecil pada bola tadi,dan terdapat benang emas dari dalam bola.
                “kalau engkau merasakan kejemuan,tariklah benang itu sedikit,maka lekas kau lalui dan kejemuanmu terhindarkan. Tetapi jangan terlalu panjang menarik benang ini,sebab benang itu sepanjang umurmu.. kalau benang itu habis,maka umurmu akan habis juga. Jadi,tariklah benang itu jika kau benar-benar bosan”kata nenek itu mengingatkannya.
                Dengan takjub,Kebodanu menerima bola itu. Tapi,sebelum ia bertanya nenek itu langsung menghilang. Kebodanu akhirnya pulang membawa bola itu. Namun,ia harus mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh gurunya. Ia merasa bosan. Lalu,ia menarik benang emas pada bola itu sedikit.
                Keesokan harinya,muncul keajaiban. Pada gurunya memeriksa pekerjaan rumah,tiba-tiba gurunya mengatakan bahwa pekerjaannya telah selesai dan ia boleh langsung pulang. Betapa senangnya Kebodanu bisa melewati waktunya dengan cepat.
                Namun,suatu hari Kebodanu memutuskan menarik benang itu agak panjang. Ia ingin segera dewasa, mempunyai pekerjaan dan istri. Ia sangat senang bisa menikah dengan Kenini. Namun,setelah ia dewasa,negaranya sedang dilanda peperangan. Kebodanu amat sedih karena harus meninggalkan istrinya yang sedang hamil delapan bulan.
                “Tidak apa-apa aku kau tinggakan ke medan perang. Bukankah peperangan paling lama satu tahun?”kata Kenini mengantar keberangkatan suaminya. Karena Kebodanu takut akan peperangan,ia lalu menarik benang pada bola ajaibnya.
                Keajaiban terjadi kembali. Peperangan selesai dan ia sudah pulang. Ia kini hidup bahagia dengan istrinya. Anaknya sudah tiga. Dan dilihatnya rambut istrinya telah memutih. Namun pada suatu pagi Kebodanu sangat terkejut karena benang yang keluar dari bola tersebut tidak berwarna emas lagi. Melainkan berwarna abu-abu. Ia juga mulai tua. Ia melihat istrinya yang sudah keriput. “betapa cepatnya hidup yang kulalui?”desah Kebodanu dalam hati.
                Untuk menghibur dirinya, Kebodanu pergi berjalan-jalan ke dalam hutan. Di  bawah pohon ia duduk menyesali ketidaksabarannya. Tiba-tiba terdengar sebuah suara memanggilnya”Kebodanu?”. Kebodanu mengangkat wajahnya dan melihat nenek-nenek yang memberikan bola ajaib dulu.”apa lagi yang kau keluhkan? Bukankah kau telah merasakan kebahagianmu dengan menghindari kesulitan dan kebosananmu?”kata nenek itu.”Bolamu memang ajaib. Tapi aku merasa bahwa hidupku sangat pendek. Memang penderitaanku menjadi pendek. Tapi masa kebahagiaanku menjadi pendek juga. Aku kini sudah tua dan renta dan merasa sudah tidak bahagia lagi”keluh Kebodanu.”Astaga! kau rupanya tidak tahu terimakasih! Lalu apa yang kau inginkan kembali?”tanya nenek itu.”Aku ingin kembali manjadi anak-anak tanpa bola ajaib itu. Aku ingin hidup normal seperti orang lain”jawab Kebodanu.”Baiklah kalau begitu. Tapi kau jangan sesali hidupmu ini”. Nenek itu tiba-tiba menghilang. Dan Kebodanu tertidur.
                Ketika ia membuka matanya,Kebodanu melihat ibunya sedang duduk disampingnya. Ia kini berada dalam kamarnya di Kepatihan yang dulu.”Kau sudah siuman Nak?”tanya ibunya penuh kasih sayang.”Kau demam tinggi dan tidak sadar begitu lama sehingga semua orang khawatir”kata ibunya.”Apakah aku belum mati bu?”tanya Kebodanu terheran-heran melihat ibunya masih begitu muda.”Tentu saja kau masih hidup Nak. Lihatlah Kenini sedang bersila menungguimu siang malam”ibunya pun menyuruh Kebodanu berdiri.
                Kebodanu semakin heran melihat Kenini masih kecil. Tetapi,ketika ia melihat wajahnya sendiri di cermin,ia tersenyum bahagia. Ternyata ia masih seorang anak laki-laki kecil. Ia sedikit menyesal. Karena kejadian yang ia lalui tadi ternyata hanyalah sebuah mimpi yang panjang.