Senin, 29 November 2010

Iam An Amazing Girl

Aku tak bisa apa-apa. Aku adalah gadis bisu yang hanya bisa menangis. Ya. Aku adalah Violist remaja. Umurku 13 tahun. Namaku Leony Gabrielle. Sebut saja Elle(k). Aku mempunyai guru Biola. Namanya Pak George. Ia sudah tua. Umurnya sekitar 62 tahun. Ia juga seorang tunarungu sama sepertiku. Dari kecil,aku sangat mengidolakannya. Ia yang mengajariku memainkan biola. Ia adalah seorang Violist jalanan. Aku sering memainkan biola bersamanya untuk mencari uang.
Aku bersekolah layaknya gadis remaja lainnya. Aku tidak mempunyai teman. Temanku hanyalah Jeane. Ia seebenarnya teman baikku. Namun,karena aku bermain musik. Ia berubah. Ia membenciku. Sangat,sangat,sangat membenciku.
Suatu hari ketika aku bersamanya,ia mengajakku ke ruang piano tua. Disana,ia mengataiku,menamparku,dan mencaci maki ku.”Hei Bisu!! Tahu kah kau itu! Biola tak berguna! Tak usah ikut Classic Music Competition lagi!”ia pun menyiramku dengan air minum. Aku menangis. Lalu aku berjalan pulang. Dijalan,aku bertemu dengan Pak George. Ia memberikan isyarat”apakah kau masih bermain biola?”
Aku menangis lagi. Pak George memberiku sepucuk pesan dan memainkan sebuah musik dari biolanya.“bermain musik... alunan indah dari surga.... pejamkanlah matamu.. kau akan melihatnya. Cahaya kebenaran dari sebuah musik. Langkah dari surga. Suara dari sana. Terbanglah membawa senar lugunya...”
Syairnya membuatku tersentuh. Kini aku mengerti. Mengapa Pak George sangat mencintai musik dari biolanya. Violist terbaik yang pernah ada dihidupku.
Waktu perlombaan tinggal tiga hari lagi. Aku dan Jeane berlatih di ruang musik. Jeane tiba-tiba marah dan menjatuhkan stand chordku. Aku memakluminya. Namun,ketika jam istirahat,ia dengan sengaja menjatuhkan semua makanan dan minumku. Gelasku pecah dan menusuk telapak tanganku.”Apa? ada masalah!?”bentaknya dengan wajah sinis. Ini yang membuatku tak tahan. Lalu,aku kembali ke kelas. Di sana aku menangis sambil menahan sakitnya telapak tanganku ini. Darah masih menetes. Segera kuhapus dengan tissue yang ada di bawah mejaku. Aku ingin melawan. Namun bibir ini tak dapat bicara. Sedih sekali. Aku benci dengan nasibku ini.
Lagi-lagi aku menangis ketika melihat poster”Classic Music Competition 2000” dipajang di mading sekolahku. Ya,aku melihatnya. Aku hanya bisa diam sambil memeluk biola tuaku ini. Saat itupun Jeane lewat sambil menatapku sinis. Aku mulai ketakutan. Aku takut dia akan melakukan sesuatu padaku.
Pak George memberikan aku sebuah biola keberuntungannya. Ia bilang sebentar lagi ia akan pensiun dan berhenti bermain biola. Katanya biolaku sudah buruk suaranya dan mulai rapuh. Maka,ia memberikanku sebuah biola. Aku ingat nasihat Pak George sebelumnya. Ketenangan kan membawa suara hati. Maka,segera aku pergi ke tanah ilalang di dekat rumahku. Sambil berlari kecil,aku merentangkan tanganku. Memegang ujung-ujung daun ilalang,merasakan hembusan angin,dan memainkan biolaku. Kicauan burung gereja hiasi cantiknya alunan biolaku ini. Tuhan yang tahu segalanya. Maha Besar Tuhan Pencipta Alam. Tuhan menyayangiku. Biarpun Ayah dan Ibu tlah berada di Surga,mereka pasti tahu. Bahwa aku disini bukan hanya seorang gadis bisu cengeng.
Kini aku jarang masuk sekolah. Seminggu mungkin hanya empat kali. Aku jadi sering membantu Pak George. Aku juga agak takut masuk sekolah karena Jeane setiap hari melakukan kekerasan padaku. Tubuhku sakit semua. Apalagi batin yang tersiksa. Meskipun begitu,aku senang bisa sering bersama dengan Pak George.
Perlombaan tinggal besok. Aku belum mendaftar ke panitia CMC 2000. Disana,para tamu dan kontestan pasti memakai gaun klasik beserta alat musik mewah mereka. Sedangkan aku? Aku tak punya apa-apa. Tapi,syukurlah Bibi Fanny tek segan-segan memberikanku gaun anaknya yang sudah kekecilan untuk anaknya.”wah... Elle ternyata cantik juga memakai gaun? Pas juga kalau memakai gaunnya Ane?”ujar Bibi Fanny sambil memutar-mutar tubuhku. Ia lalu memodifikasi gaun yang ku kenakan. Ia memberikan renda berwarna merah jambu di bagian kerah dan pinggangnya. Sungguh cantik. Ini gaun terindah yang pernah kukenakan. Aku berterimakasih dan melipat baju itu kedalam tas. Aku lalu berangkat ke sekolah.
Didalam kelas Jeane menatapku seperti orang marah. Ia lalu kembali memperhatikan tas ku terus menerus. Tak kusangka lengan gaun yang kupakai tadi pagi kelihatan. Segera aku memasukannya lagi dan menutup-nutupinya. Kembali kulihat Jeane yang tersenyum sinis seperti menemukan sesuatu ide.
Istirahat aku keluar kelas untuk membeli makan di kantin. Kulihat Jeane dan teman-temannya tidak ada di kantin. Suatu hal yang tidak biasa. Lalu aku kembali ke kelas. Aku segera memasukan makanan yang akan aku berikan pada Pak George dan Bibi Fanny ke dalam tas. Oh Tuhan! Kemanakah gaunku itu?? Aku segara mencarinya kemana-mana. Tiba-tiba Jeane datang bersama teman-temannya,Sabrine dan Wanda. Mereka bertiga membawa sesuatu.”apa ini yang kau cari?”tanya Jeane. Aku hanya menunjukkan tanganku ke arah gaun tersebut. Lalu,Wanda merebutnya dan membakarnya. Yang tersisa hanya renda warna merah jambu faforit Bibi Fanny. Aku lalu memungut renda itu dan membersihkannya dengan bajuku.aku menangis lagi.
Lomba CMC 2000 kini rasanya tinggal harapan. Acara dimulai nanti malam. Aku belum apa-apa. Pagi ini aku harus cari uang untuk dapatkan formulir dan naik kendaraan untuk ke sana. Di jalan,ketika aku bermain bola,aku melihat sekilas wajah Jeane yang gelisah. Aku mulai takut lagi. Ternyata benar. Jeane menyruh orang untuk menahanku agar tidak pergi ke CMC 2000. Pak George dan aku didatangi preman-preman yang siap menghajar kami. Pak George pingsan seketika setelah dipukul dibagian bawah kelapanya oleh preman. Biolaku dipaksa diambil dan dipatahkan serta di pecahkan. Aku menangis karena itu biola pemberian Pak George. Tamatlah sudah.
Dilain tempat,Jeane yang sedang tersenyum sinis berhasil menahan Elle ikut dalam CMC 2000. Banyak sekali applouse yang ia dapatkan dari penonton dan juri. Namun ketika ia selesai,pembawa acara tiba-tiba mengatakan ada yang akan membawakan performa satu kali lagi. Semua juri kaget karena Jeane peserta terakhir. Jeane sendiri juga kaget. ia sedang berjalan ke arah tangga pun terdiam dan menengok ke belakang.
Dengan biola yang telah kusambung. Kuberanikan diri memainkan musikku di atas panggung megah ini. Meskipun biolaku ini telah rusak total,suara tak akan pernah rusak. Aku emang melanggar ketentuan dari CMC 2000. Namun,Pak Christ membantuku. Ialah produser CMC 2000. Aku sangat berterimakasih padanya karena diperbolehkan menampilkan bakatku disini.
Aku memejamkan mataku. Perlahan demi pasti. Mengingat suasana padang ilalang. Teringat kembali dengan Pak George yang koma di rumah sakit tadi pagi. Bibi Fanny yang sangat baik padaku. Jeane yang memarahiku,membakar gaunku. Dan biolaku yang dipecahkan preman. Semua rasa itu berkumpul menjadi sebuah cahaya dalam musik. Sang Violist sejati akan menampakkan kharismanya jika melihat itu. Makin lama makin cepat derap gesekan antara senar-senar biolaku makin bergetar. Rasanya angin berhembus dari timur menuju barat. Sorot lampu panggung mulai terasa. Aku terbang. Ya. Aku terbang. Tepukan keras dari penonton yang kudengar. Seseorang memakai gaun merah marun berdiri kaku tanpa menepuk tangan. Ku lihat ia berlutut lalu segera pingsan. Aku pun bingung. Apa yang terjadi? Siapakah wanita itu? Samar-samar terlihat. Ya. Itu Jeane. Kelly Jeane.
10 tahun kemudian...
Kini aku 23 tahun sudah. 10 tahun dari kejadian itu. Pengalaman berharga dari yang tak punya. Kini aku bisa sukses. Pak George telah tiada. Bibi Fanny yang tinggal bersamaku bersama Kak Anne. Kontrak penuh 10 tahun dari CM Entertaiment membuat jalan hidupku jadi lebih baik. Tuhan sangat sayang padaku. Aku pun masih ingat dengan Jeane. Ia kini juga sebagai pianist profesional. Biolaku yang kugunakan pada konser pertamaku juga masih kusimpan dalam sebuah etalase kaca. Ya. Biola penuh solasi dan jahitan serta paku masih kusimpan dan kujadikan sebuah keberuntungan musik ku. Kak Anne jadi seorang komposer lagu yang hebat. Ia sangat peka terhadap nada. Aku sangat senang bisa tinggal bersama dengannya.
London,2 Februari 2010 disini aku dan Jeane akan mengadakan konser akbar. Lagu kesukaan kami ialah”Secret”. Maka,konser kami bernama”Secret of J.E.”. kami banyak menghabiskan waktu untuk konser ini. Aku sangat senang Jeane bisa diajak kerjasama untuk hal ini. Mungkin karena Jeane juga akan mengadakn konser akbar,maka kami menggabungkan konser kami menjadi satu. Desain baju,interior dan tema konser kami Bibi Fanny yang urus semua. Sedangkan modifikasi musik,editing efect ,dll Kak Anne yang ambil alih.
Sehari sebelum konser,aku dan Jeane berlatih. Walau aku bisu,aku bisa mengatakan apa yang akan kukatakan pada Jeane dengan musik. Jeane pun tahu. Kami akhirnya akrab ,kembali. Jeane meminta maaf padaku atas perbuatannya 10 tahun yang lalu. Aku bisa mengerti. Aku berharap konser ini ialah awal dari persahabatan kami.
Konser tiba. Kami malakukan hal yang terbaik untuk penonton. Konsep-konsep yang berbeda kami suguhkan. Performa dari ku ialah memainkan lagu”time to say goodbye”. Penonton kaget karena mengira ini adalah performa terakhir dari konserku. Aku sangat menyukai lagu ini. Tiba-tiba tali senarku putus. Aku sesak nafas. Penonton kaget karena lagu yang kumainkan berhenti. Aku ingat bahwa aku mempunyai penyakit asma. Suara penonton samar-samar terdengar. Nafasku semakin sedikit. Petugas kesehatan datang membawa oksigen. Tirai konser ditutup. Suara Jeane datang dari jauh”Elle! Kau baik-baik saja? katakan padaku!”hanya tinggal suaranya yang terdengar. Mataku mulai terpejam. Tanganku lemas.
Nafasku kembali berjalan agak lancar. Semua orang disini. Kak Anne,Jeane.Bibi Fanny,dan...Pak George!”aku.. dimana Pak George? Di rumah sakit?”tanyaku pelan.”ya. kau di rumah sakit. Konsermu hebat... penonton menyukaimu”kata Pak George. Rasanya seperti melayang. Ya. Aku terbang. Ku lihat disekitarku ada Jeane yang menangis. Ku sentuh dia. Namun tidak bisa.”bagaimana ini Pak George?”tanyaku cemas.”ikutlah denganku. Kita terbang sambil memainkan alunan surga dari biola keberuntungan”Pak George lalu meraih tanganku dan memainkan biola. Aku terbang ke langit menuju sebuah cahaya. Selamat tinggal Jeane,Kak Anne,dan Bibi Fanny. Aku berharap nada-nada alunan ini kan menjadi kekal abadi. Aku percaya bahwa Iam A Amazing Girl.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar